Migas Indonsia

Masyarakat “cemas”, migas terkuras!
Oleh : Heri Kurniawan
106216041 (HI-B)

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang juga dikenal dengan keindahan pariwisatanya dan melimpahnya potensi alam serta sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah, baik itu sumber daya alam yang berada di atas permukaan tanah maupun yang berada di bawah permukaan tanah. Salah satu sumber daya alam yang dimaksud yaitu minyak dan gas bumi (migas). Saat ini, Indonesia memiliki 7 provinsi penghasil minyak dan gas bumi terbesar yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kapasitas produksi migas tertinggi di Asia Tenggara. Kenyataan tersebut membuat kegiatan bisnis migas di negara ini terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, diperkirakan jumlah minyak bumi yang di keruk dari dalam perut bumi di berbagai wilayah Indonesia mencapai 915.798 barel/hari. Sampai sekarang migas masih menjadi salah satu penyokong perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energi dalam negeri.
Sebenarnya potensi sumber daya migas yang ada di Indonesia masih cukup besar untuk dapat dimanfaatkan serta dikembangkan, terutama didaerah-daerah terpencil, laut dalam dan sumur-sumur tua serta kawasan Indonesia Timur yang relatif belum dieksplorasi secara intensif oleh perusahaan migas. Apabila semua sumber daya yang ada sudah bisa diolah sendiri secara maksimal maka sudah jelas akan menghasilkan keuntungan yang signifikan dan dapat membantu memenuhi kebutuhan domestik. Akan tetapi, itu semua tidak mudah. Masih banyak sekali kendala-kendala yang menghambat proses pengolahan ladang minyak tersebut baik dari faktor teknologinya yang harus canggih maupun faktor sumber daya manusianya. Perlu kita ketahui bahwa pembangunan sarana dan indutri yang saat ini sedang giat-giatnya dilaksanakan membuat pertumbuhan konsusmsi energi rata-rata mencapai 8% dalam 10 tahun terakhir. Hal tersebut tentu sangat berbanding terbalik dengan energi yang diproduksi saat ini yang terbilang relatif rendah dibandingkan dengan peningkatan konsumsi masyarakat terhadap energi yang masih cukup tinggi hingga melebihi rata-rata kebutuhan energi global. Oleh sebab itu saat ini semakin berkurangnya cadangan minyak dan gas adalah fakta yang tak bisa dihindari oleh semua orang. Kita harus menyadari bahwa Indonesia bukan lagi negara kaya minyak seperti era 1970-1990 an. Cadangan minyak terbukti di perut bumi Nusantara kini tinggal tersisa 4 miliar barel. Padahal di tahun 1980-an, jumlahnya masih 12 miliar barel atau sekitar sepertiga cadangan Asia (di luar Timur Tengah). Hal tersebut tentu mengharuskan Indonesia untuk segera memutar otak agar segera menemukan cadangan migas terbaru, baik yang ada didalam Indonesia ataupun mengharuskan untuk ekspansi keluar negeri.
Dalam dunia perindustrian migas, ada dua kegiatan utama yang dilakukan, yaitu kegiatan hulu dan hilir. Kegiatan usaha hulu meliputi eksplorasi dan produksi sedangkan kegiatan usha hilir meliputi pengolahan, transportasi serta pemasaran migas. Telah kita ketahui bahwa industri hulu migas jadi tulang punggung ekonomi negara Indonesia. Kegiatan industri hulu terdiri atas kegiatan eksplorasi dan produksi. Eksplorasi yang meliputi studi geologi, studi geofisika, survei seismik, dan pengeboran eksplorasi, adalah tahap awal dari seluruh kegiatan usaha hulu migas. Kegiatan ini bertujuan mencari cadangan baru. Jika hasil eksplorasi menemukan cadangan migas yang cukup ekonomis untuk dikembangkan, kegiatan eksplorasi akan dilanjutkan dengan kegiatan produksi. 
Namun, pada realitanya perkembangaan produksi migas di Indonesia dari tahun ketahun mengalami penurunan sehingga perlu upaya yang luar biasa untuk menemukan cadangan-cadangan baru dan peningkatan produksi agar daya konsumsi dan produksi bisa tetap stabil. Beberapa penyebab dari sulitnya untuk mengeksplor migas ialah adanya kendala dari masyarakat itu sendiri yang takut apabila daerahnya digali sebagai ladang migas akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitarnya walaupun sebenarnya sudah ada peraturan pemerintah yang mendekengi perusahaan tersebut. Sementara itu, molonjaknya konsumsi migas saat ini mengharuskan untuk mengimpor dari luar negeri karena kilang-kilang minyak domestik sudah tidak cukup lagi untuk memenuhi konsumsi dari masyarakat itu sendiri. Kebutuhan impor ini diperkirakan akan terus meningkat  seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang kian meningkat dan pertumbuahan ekonomi didalam negeri yang diharapkan semakin membaik ditahun-tahun mendatang.
            Jika ditelaah lebih dalam lagi, sebenarnya terdapat dua kendala utama yang menghambat proses eksplorasi migas yaitu dari faktor ekternal dan internal. Faktor eksternal yaitu mengenai perizinan, tumpang tindih lahan, ganti rugi dan berbagai isu sosial masyarakat mengenai dampak yang ditimbulkan dari ekplorasi lahan. Sedangkan faktor internalnya ialah adanya kendala dari sumberdaya manusianya yang belum mampu mengolah secara intensif migas tersebut dikarenakan teknologi yang tidak memadai atau belum modern sehingga menghambat proses tersebut dan perlu mengimpor teknologi yang canggih dari luar negeri. 
            Adapun solusi untuk mengatasi berbagai permasalaahn dan kendala dalam proses meningkatkan produksi migas yaitu pemerintah dan perusahaan migas hendaknya saling berkoordinasi untuk bersama-sama meningkatkan produksi minyak dan gas bumi guna mencukupi kebutuhan domestik yang kian meningkat serta harus bergerak cepat untuk menemukan sumber-sumber cadangan baru agar dapat menghasilkan produk yang minimal stabil atau jika memang harus mengalami penurunan, presentasenya tidak terlalu banyak. Selain itu perlu dipermudah lagi dalam mengurus perizinan dan negosiasi baik dengan pemerintah maupun dengan masyarakat setempat dan pemerintah harus ikut berperan aktif dalam proses eksplorasi dan juga ikut mengawasi agar selalu berjalan susai prosedur.  
            Setelah melihat berbagai fakta tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memproduksi minyak dan gas bumi masih banyak sekali kendala-kendala yang menghambat proses produksi yang disebabkan oleh faktor ekternal dan internal. Padahal penggunaan energi saat ini kian meningkat sehingga tidak mencukupi kebutuhan domestik karena meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap penggunaan migas yang berbanding teralik dengan produksinya.
Sebagai masyarakat yang sudah menikmati hasil minyak dan gas di Indonesia, kita hendaknya menyadari sedini mungkin bahwa cadangan migas sudah hamper habis. Padahal untuk memperbarui sumber migas tersebut memakan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk membantu mengurangi krisis energi yang kemungkinan akan terjadi beberapa tahun ke depan. Semakin sedikit cadangan minyak tentu memicu kenaikan harga minyak secara global. Untuk menghemat energi, kita bisa memulai dari aktivitas di dalam rumah kita sendiri, misalnya matikan AC, TV, Lampu dan berbagai peralatan elektronik lainnya jika tidak diperlukan. Selain itu, mungkin kita juga bisa menghemat minyak bumi dengan mengurangi frekuensi menggunakan kendaraan bermotor dimana bahan bakarnya adalah BBM. Jika kita ada keperluan keluar rumah yang jaraknya tidak jauh, manfaatkan sepeda atau berjalan kaki untuk menghemat energi. Kegiatan Car Free Day yang akhir-akhir ini semarak diselenggarakan di beberapa kota sangatlah bermanfaat karena secara tak langsung merupakan kampanye dalam menghemat energi minyak dan gas bumi.













Referensi :
Goldemberg, Jose. Energy. Everyone Needs To Know.
Skkmigas.go.id





























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Andai Aku Menjadi Anggota DPR RI - Parlemen Remaja

Critical Review